Fakultas Hukum UNRIKA Opini WASPADA, LINGKUNGAN HIDUP BATAM TERANCAM

WASPADA, LINGKUNGAN HIDUP BATAM TERANCAM


RUmbadi Dalle SH

Oleh: Rumbadi Dalle, S.H

Batam yang luasnya 617 km2  ditetapkan sebagai kawasan industri, alih kapal,  perdagangan, dan jasa. Jadi tak heran bila daerah yang berpenduduk 1,2 juta ini tumbuh dan berkembang pesat bidang ekonomi.

Berdasarkan data Bank Indonesia Perwakilan Kepulauan Riau dai Batam, asset perbankan hingga April tahun 2014 mencapai Rp.46,63  triliun . Indikasi bahwa perputaran uang di Batam  lancar.  Dan tingkat deflasi hanya 0,57 persen (m to m) atau 6,98 persen (yoy). Sedangkan tingkat deflasi Kota Batam 4,68 (mtm ), dan member andil deflasi Kepri sebesar  0,92npersen.

Sedangkan Kota Batam memberi andil  dalam hal tingkat inflasi akibat biaya rumah sakit. Pihak BI menyebut  andil  Batam terjadinya inflasi salah satunya kenaikan biaya inap di rumah sakit.  Tapi ini menindikasikan bahwa masyarakat mengeluarkan biaya untuk berobat. Pencemaran lingkungan  terutama air dan udara dapatberdampak buruk terhadap kesehatan manusia.

Penanganan limbah organic dan non-organik di Batam masih sebatas penanggulangan yang belum maksimal. Sebuah tempat penyimpanan sementara limbah organic dan non organic, baik cair  pun padat di Telaga Punggur, Batam, namun tempat tersebut terbakar beberapa waktu lalu yang hingga kini belum ada penggantinya, atau setidaknya tempat tersebut menyimpan limbah B3 sembarangan. Padahal penyimpanan limbah hanya selama 90 hari.

Sedangkan limbah rumah tangga di tempat pembuangan akhir di Telaga Punggur juga, pun belum dip roses secara baik. Perlunya daur ulang tidak hanya untuk mengurangi volume  sampah di situ, tapi juga mengurangi dampak buruk lainnya seperti terserap oleh air di sekitarnya, dan air tersebut merupakan tempat mandi , dan juga digunakan untuk minum. Bila sumur tercemar limbah B3 akibat resapan air, maka mahluk hidup yang minum air itu terkena racun, dan cepat atau lambat berdampak pada kesehatan.

Kerusakan lingkungan bukan semata-mata oleh  galian C ( penambangan pasir , dan/atau bauxite) tapi juga kerusakan lingkungan oleh senyawa kimia akibat industri. Dan ini paling berbahaya.

Mengapa limbah B3 ini menjadi ancaman bagi Batam ?. Ini bisa dilihat dari pemanfaatan barang bekas  dari Singapura dan Malaysia seperti ban bekas, alat-alat elektronik bekas dan kegiatan beragam industry penghasil limbah B3 tersebut. Sebab ban bekas sama halnya dengan plastic ‘kresek’ yang tidak terurai di dalam tanah. Selain itu Batam dijadikan tempat pembuangan limbah B3 yang menurut catatan Kementerian Lingkungan Hidup periode 2004-2008 ada kasus impor limbah B3,  salah satu perusahaan yang impor limbah B3 adalah PT.Jace Octavia Mandiri ( PT.JOM) dari Korea.

Padahal ada larangan importasi limbah B3 seperti tertuang dalam  Pasal 69 Undang-Undang  No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup yang bunyinya : “ Setiap orang dilarang melakukan impor limbah B3”. Mengingat Indonesia merupakan Negara transit,  merupakan Negara eksportir limbah B3, dan Indonesia masih membutuhkan peningkatan kapasita Environmental Sound Management (ESM)  untuk limbah B3.

Mengapa dikatakan bahan berbahaya dan beracun (B3)?. Prof.Dr.Ir. Ing.Suharto, APU  menulis. Dewasa ini lebih dari 26 juta jenis  senyawa kimia beredar  di dunia yang pada gilirannya akan menimbulkan limbah kimia B3, sedangkan bahan kimia termasuk bahan berbahaya dan beracun hamper berjumlah 5.000 keluar masuk Indonesia. Limbah kimia B3 tidak hanya terdapat di pabrik melainkan juga di rumah tangga, garasi mobil, residu pestisida, residu pembersih alat dapur rumah tangga, residu pupuk tanaman hias di rumah tangga, residu cat dan thinner, dan residu kostik soda.

Limbah senyawa dioksin dan poly chloro biphenyl (PCB) merupakan salah satu contoh limbah kimia B3 yang mempunyai dampak mematikan manusia dan ancaman lain terhadap kehidupan ternak, ikan, dan hewan serta tumbuh-tumbuhan dan air tawar serta air laut. Struktur dioksan mirip dengan struktur kimia 1,4 dioxan merupakan wujud cair, tidak berwarna dan mudah terbakar pada suhu 56 0 Fahrenheit (F)  atau equivalent 13.33Celcius. Berwarna merah jika terbakar, peka terhadap udara.

Limbah kimia wujud padat bai B3 maupun limbah kimia non B3 seperti sampah rumah tangga, energy fosil minyak bumi,l batu bara, kebakaran hutan, dan komponen plastic dalam alat elektronik seperti computer, TV, tape recorder  yang jika dibakar dalam tungku pembakar akan menghasilkan senyawa dioksan. Senyawa dioksan dan furan disebut pula senyawa dioksin, karena mengandung senyawa khlor, brom, dan flour.

Anak-anak dibawah lima tahun (balita) dan anak-anak sekolah dasar sangat rentan terhadap limbah B3, khususnya terhadap perkembangan sel otak dan pertumbuhan badan anak-anak. Senyawa metilmerkuri akibat apa yang disebut peristiwa Minamata di Jepang-yang ketika itu di sana ada pabrik pengolaan ikan, ternyata menimbulkan senyawa metilmerkuri itu.

Sandblasting yang diproduksi oleh galangan kapal  menghasilkan debu yang juga merupakan senyawa kimia limbah B3.  Bila debu tersebut terbang ke udara, kemudian kembali ke bumi dan dihirup oelh manusia, maka akan menderita penyakit Pneumoconiosis. Penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru.  Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.

Sayangnya, kita belum begitu serius memperhatikan senyawa kimia B3 ini terutama sampah rumah tangga yang berserakan. Padahal di situ sumber penyakit, sebab misalnya membuang bateri bekas, atau menyimpan computer-komputer bekas.  Harus diingat, kesehatan adalah yang utama dalam hidup, hidup sehat dibangun dari diri sendiri, dan biaya berobat mahal, dan untuk membeli oksigen kemungkinan jutaan rupiah per botol, padahal  Allah SWT telah menganugerahkan udara bersih untuk kelangsungan hidup mahluk di muka bumi termasuk manusia. Oksigen gratis, kemudian menjadi tercemar akibat ulah manusia itu sendiri.

 

 

 

Related Post